BANDUNG, KLIKNESIA — Belakangan ini istilah Doom Spending kerap menjadi trending topic perbincangan di media sosial, sebagai aktivitas yang terjadi pada warga Gen Z dan Milenial berujung kemiskinan.
Istilah Doom Spending diartikan sebagai kebiasaan berbelanja secara impulsif demi memuaskan diri saat kondisi ekonomi sedang kurang stabil.
Menurut Survei terbaru dari Qualtrics dan Intuit Credit Karma, dari 27 persen responden mengaku mengeluarkan uang banyak untuk hal yang tidak diinginkan, sedangkan dari 32 persen memilih untuk mengambil hutang dalam Waktu enam bulan terakhir.
Penyebab Gen Z dan Milenial terjebak dalam zona Doom Spending karena smartphone memberi kemudahan dalam mengakses fitur pembayaran seperti Buy Now, Pay Later, sehingga mereka mudah tergoda untuk berbelanja secara impulsif.
Selain itu, banyak krisis yang terjadi mulai dari ketidakstabilan ekonomi hingga perubahan iklim dan ketidakpastian politik. Hal itu, menimbulkan kecemasan banyak orang termasuk generasi muda seperti Gen Z dan Milenial.
Sebagai bentuk pengalihan kecemasan tersebut mereka memilih untuk berbelanja sebagai bentuk self reward atau meredakan tekanan emosional, meski membawa dampak yang buruk.
Adapun efek dari Doom Spending yaitu akan memperburuk kondisi keuangan, terutama untuk hal-hal yang tidak diperlukan bisa mempersempit ruang gerak finansial untuk masa depan kelak.
